Kamis, 04 Juni 2015

Berawal dari konser MUSE


Venlo !!!


 Kota perbatasan Jerman-Belanda ini menjadi persinggahanku ketika mengikuti World Tour MUSE, band favoriteku. Terlebih lagi kebetulan memang ada beberapa keluargaku stay di Cologne, Jerman, jadi aku bisa menginap gratis selama perjalananku disini.

 Oh iya!!! Aku lupa memperkenalkan diri.  Aku Bambang Baskoro, seorang Indonesia berdarah setengah Jerman, mantan pesepakbola punggawa TIMNAS U-21 yang memutuskan gantung sepatu di usia 21tahun ketika mendapatkan pemanggilan TIMNAS Senior. Carut-marutnya wajah sepakbola negeriku membuatku jengah. Lalu akupun mengikuti instingku di dunia musik, Ya. Aku sekarang seorang musisi, pengamen antar cafe, rutinitas yang sangat mengasyikan dan cukup untuk menghidupiku sampai detik ini. Beberapa rumah produksi dan label sempat berminat menawariku kontrak. Tapi aku menolak, lagu selera pasar  yang tak sejalan dengan ideologi musikku adalah point utama kenapa aku tak pernah mau terikat kontrak dengan label manapun.

 Singkat cerita, kini sekarang aku sedang mengikuti jadwal MUSE Europe Tour yang kebetulan mengadakan konser mereka yang dekat dengan rumah keluargaku di Jerman, "sekalian liburan" pikirku.

2 Tiket untuk Amazon Artist Spotlight, Cologne, Jerman dan Pinkpop Festival di Venlo, Belanda, sudah ada tanganku sekarang. Malam ini jadwal perma Jerman adalah tujuan pertama.

Dan ternyata konser MUSE disini menggila, penonton histeris dan kompak menyayikan hymne utama muse "Hysteria", menitikkan airmata di saat mereka  membawakan "Unintended". Terasa masih merinding bulu kudukku ketika aku mengingat atmosfir malam itu.




Sadis, malam selanjutnya pun Venlo dihibur tanpa jeda. Puas hati full atas penampilan mereka. Aku pun bertemu teman baru ketika berada di Venlo, Gus Joopen(24tahun).  Dia adalah seorang pemain bola profesional di Jupiler League, Kami cepat akrab dengan topik obrolan musik yang sejalan. Jazz adalah pilihan kami. Ia pun sempat sedikit bercerita tentang krisis kepercayaannya terhadap klub tempat ia berada kini, VVV Venlo. Dia merasa dengan kemampuannya, seharusnya ia bermain di kasta yang lebih tinggi, Eredivisie. Padahal dalam hati aku sempat berfikir ( disini, Jupiler league jauh lebih baik daripada wajah persepakbolaan negeriku, Indonesia ).

Dia pun bercerita bahwa manager klubnya sekarang sedang berada dalam masalah korupsi yang memungkinkan ia akan dipecat, dengan begitu keinginan Jopen, sahabat baruku lebih besar dan ingin segera pergi dari VVV Venlo.

Dengan iseng akupun berujar padanya "bagaimana jika aku saja yang menjadi manager di klubmu sekarang, kita bisa menonton konser MUSE bersama, menikmati Jazz bersama, serta kau harus mengenalkanku pada wanita cantik di Venlo". 

Keesokan harinya aku di telepon Jopen untuk segera ke De Koel, stadion tempat ia berlatih. Rupanya managernya terdahulu semalam sudah dipecat, dia memintaku untuk segera applying job untuk menjadi manager di klub tersebut. 

GILA !!!!

Ini GILA, seorang penyanyi cafe menjadi manager sebuah tim Eropa?! Rupanya status key Player yang disandang Jopen dapat membuat owner club mempertimbangkan permintaannya untuk mencoba judi menjadikan seorang pemuda 21 Tahun untuk menjadi manager klubnya. Dengan sedikit keberanian serta kesadaranku yang belum sepenuhnya terkumpul pagi ini, aku menandatangani kontrak berdurasi 1 tahun untuk menjadi manager klub ini. Tanpa pengalaman sama sekali. Aku akan menuliskan sekali lagi untuk sebuah penegasan.

ini GILA !!!!




Disinilah sekarang aku berada. Manager muda 21tahun, De Koel Stadium, Venlo. Jujur sebelumnya aku tak pernah menyangka dampak dari menonton konser dapat menjadikan hidupku berubah secara signifikan.

Di hari pertama aku langsung melihat latihan team utama yang sudah mulai di pagi hari yang dingin. Maklum, aku adalah seorang manager dari negara beriklim tropis. Seorang pemain berumur 24tahun menjadi titik pantauku saat itu, Abdelaziz Khalouta, penempatan posisi yang tepat serta logicnya yang selalu berjalan beriringan dengan matanya menjadikannya seorang penyerang yang bervisi, langsung mengingatkanku pada sosok Wayne Rooney, striker pembunuh haus goal yang bisa berada di posisi manapun dengan visi luar biasa.



Keesokan harinya, bersamaan dengan jeda internasional, aku memutuskan untuk terbang ke London, bukan. jika sebelumnya aku mengunjungi beberapa negara Eropa untuk menonton konser MUSE, kali ini tujuanku adalah akademi tim-tim BPL, karena menurut pengamatanku, skuad yang kumiliki saat ini tidak cukup menjamin untuk meloloskan kami di musim selanjutnya ke Eredivisie. Ternyata kunjunganku ke tanah Britania Raya ini tidak sia-sia, aku berhasil bernegosiasi dengan klub BPL untuk meminjamkan pemain akademinya dengan catatan aharus berada di skuad utama. Mereka yang ikut denganku kembali ke Venlo antara lain, (J.Pereira, J.Harrop, Thorpe, Linus) dari M.U U-21, Musonda dari Chelsea U-21, Jack Dunn dari Liverpool U-21 serta Browning dari Everton U-21.

Sepulangnya aku ke Venlo, ada seorang agen yang menawarkan pemain asal Brasil yang menjadi clientnya saat ini, Cris, dengan postur mumpuni 183cm dan umur 37tahun kukira free transfer adalah pilihan alternatif jika nantinya pemainku ada yang cidera.

Kini deangan tambahan beberapa pemain dari akademi BPL, aku kira skuadku sudah cukup mumpuni untuk bersaing di Jupiler League musim ini.



Dengan beberapa pilar seperti Thorpe yang cidera justru tim ini membuat owner club takjub, dengan catatan 13 week undefeated hingga saat ini.



Apakah karirku kali ini adalah takdir? apakah sebuah tiket konser MUSE adalah jalan pembuka takdir itu? Bagaimana skuad VVV Venlo diakhir musim nantinya? apakah lolos ke Eredivisie? atau aku harus menunggu lebih sabar untuk musim berikutnya?

Nantikan kelanjutan kisah manager kece ini bersama VVV Venlo dalam edisi menjajah Belanda di post selanjutnya !!

1 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Copyright © FM STORY | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑